Senin, 31 Oktober 2016

Tukang Becak Asal Trenggalek, Yang Mampu Kuliahkan Anaknya Sampai Menjadi Dosen

Pada usia yang sudah menginjak 65 tahun, Bambang Wiyono masih saja terus mengayuh becaknya. Dia mengingat kembali bahwa selama 36 tahun bekerja menjadi tukang becak, banyak hal yang diraihnya. Sehari-harinya, Bambang mangkal di jalan Simpang Tambora, kelurahan Pisangcandi, kecamatan Sukun untuk menunggu pelanggan atau pun menunggu jam untuk menjemput anak-anak sekolah.

Pada awalnya, pria kelahiran Trenggalek ini sama sekali tidak memiliki pikiran untuk menjadi tukang becak, namun nasib ternyata mendorongnya untuk melakoni pekerjaan yang hingga kini ditekuninya tersebut. Sebelum menjadi tukang becak, sudah banyak pekerjaan yang dilakoninya, mulai berjualan, bekerja di pasar malam, hingga bekerja di perusahaan sebesar PT Pindad di Turen. Namun pada akhirnya dia memilih menjadi tukang becak.


Awal mula menjadi tukang becak juga tidak lepas dari kesempatan yang diperolehnya. Sebelum menikah, Bambang bekerja di sebuah perusahaan yang menuntutnya untuk bekerja dalam waktu yang lama di tempat-tempat yang jauh. Karena hal tersebut akhirnya setelah menikah, dia memutuskan untuk keluar dan berjualan es bersama istrinya.

"Jadi waktu itu saya kerja bisa sampai satu tahun harus di Palembang lalu di Manado. Setelah nikah, karena kasihan istri kalau ditinggal lama-lama jadi akhirnya saya keluar dan memilih untuk berjualan saja," jelas Bambang.

Waktu itu dia berjualan di daerah perempatan Dieng sekitar awal tahun 1980. Namun karena pembangunan kota serta berbagai penertiban yang biasa dilakukan terhadap Pedagang Kaki Lima, warung Bambang yang awalnya ramai menjadi sepi karena sering dipaksa tutup dan kadang berpindah tempat. Saat itu lah becak yang dia biasa gunakan untuk membawa barang dagangannya ternyata menjadi peluang untuk pekerjaan barunya.

"Jadi becak yang buat angkat barang itu saya taruh di samping rombong. Ternyata ada orang yang minta antar ke jalan Taman Agung. Setelah saya pikir akhirnya saya antar saja. Lumayan waktu itu dapat Rp 50 sedangkan jualan es saya satu porsinya Rp 30," jelas Bambang.

Sejak saat itu lah dia putuskan untuk menjadi tukang becak dan akhirnya menutup gerobak esnya tersebut.

"Rombongnya saya jual dan saya mulai jadi tukang becak dari situ," tutur Bambang.

Sebagai tukang becak, Bambang juga sempat merasakan masa jaya dan ramai-ramainya becak sebagai pilihan utama transportasi. Dia menyebut bahwa mulai tahun 1985 hingga 2007 merupakan masa jaya becak terutama ketika Universitas Merdeka (Unmer) masih ramai.

"Dulu itu saking ramainya, bahkan satu becak bisa dibuat giliran oleh 3 orang (tukang becak)," jelas Bambang.

Walaupun saat ini lebih sepi, namun Bambang menuturkan jika penghasilan yang diraihnya masih cukup dan memenuhi untuk rumah tangga dan kehidupan sehari-hari. Hasil yang diperoleh Bambang dari mengayuh becak ini bahkan mampu mengantarkan dua anaknya untuk berkuliah, bahkan anak pertamanya kini bekerja sebagai dosen di Universitas Borneo, Tarakan.

Bambang mengungkapkan bahwa sebetulnya dari menjadi tukang becak ini hasil yang diperoleh bisa cukup untuk berbagai hal asal panda-pandai menyiasatinya. Selain menyekolahkan dua anak, Bambang juga bisa membeli dua rumah dari penghasilannya sebagai tukang becak ini.

"Sebenarnya jadi tukang becak itu penghasilannya cukup. Jadi kalau ada orang mbecak dari dulu tapi sekarang hidupnya sengsara ya karena salahnya sendiri nggak bisa ngatur uangnya," jelas Bambang.

Walau usia menjadi semakin tua namun Bambang mengatakan dia masih ingin menjadi tukang becak untuk mendapat penghasilan dan bertemu banyak orang.

"Sebenarnya anak saya sudah melarang, tapi kalau nggak dapat uang dari keringat sendiri itu rasanya nggak enak. Selain itu narik becak itu juga enak karena bisa ketemu macam-macam orang," tukas Bambang.

Pemkab Trenggalek Revitalisasi Rumah Dinas Camat Jadi Ruang Publik

Pemkab Trenggalek di bawah kepemimpinan Bupati Emil E Dardak dan Wakil Bupati Mohammad Nur Arifin terus berbenah. Pemkab, akan mengubah fungsi rumah dinas camat dan Alun-alun Kecamatan Panggul menjadi ruang publik serta taman terbuka hijau.

Bupati Emil, Senin (31/10/2016) mengatakan, bangunan peninggalan Belanda yang selama ini menjadi rumah dinas Camat Panggul tersebut saat ini mulai dilakukan revitalisasi dari eksterior hingga interior. Namun pembenahan akan tetap mempertahankan bentuk semula seperti bangunan khas kolonial.


"Nah, ini nanti akan kami konsep menjadi ruang publik dan di dalamnya ada perpustakaan dan semacam galeri seni. Selain itu juga bisa digunakan untuk kegiatan masyarakat lainnya," katanya. 

Menurut Emil, perubahan tersebut penting dilakukan, karena ibukota kecamatan di pesisir selatan Trenggalek belum memiliki ruang publik yang memadai dan layak. Hal ini juga untuk mendukung pembangunan Kecamatan Panggul menjadi kota kedua di Trenggalek.

Untuk mendukung revitalisasi itu, pemerintah juga berencana mengubah Alun-alun Panggul menjadi taman bermain dan ruang terbuka hijau. Orang nomor satu di Pemkab Trenggalek ini menilai, kondisi Alun-alun saat ini dinilai tidak memiliki fungsi yang maksimal untuk kebutuhan masyarakat. 

"Khusus untuk Alun-alun Panggul akan dilengkapi dengan taman bermain dan fasilitas publik lainnya, seperti air mancur. Dengan perubahan tersebut kami harapkan semua masyarakat mulai yang dewasa hingga anak-anak bisa memanfaatkan," ujarnya. 

Lanjut dia, pembenahan sejumlah sektor juga mulai dilakukan pemerintah, termasuk pembangunan saluran air di jalur utama kecamatan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi potensi terjadinya banjir disaat musim penghujan. 

Rencana pengembangan tersebut mendapat dukungan penuh dari masyarakat setempat. Salah seorang warga, Bambang Puji mengatakan, Kecamatan Panggul sudah saatnya memiliki fasilitas publik seperti yang ada di wilayah kota. 

"Kalau bisa, nantinya itu tidak hanya sebatas taman bermain, namun juga disediakan akses internet berupa 'wifi', sehingga manfaatnya bisa lebih luas," katanya. 

Pihaknya menilai, apabila rencana revitalisasi tersebut terwujud, maka akan menjadi prestasi pembangunan di wilayah Panggul selain Jalur Pantai Selatan (Pansela). Mengingat selama ini hampir tidak ada perubahan yang signifikan di wilayah pesisir selatan. 

"Pemerataan pembangunan sangat penting, tidak hanya wilayah kecamatan kota saja yang perlu dipoles, tapi pesisir juga perlu sentuhan. Apalagi ini daerah wisata," ujar Bambang. 

Inilah Pesan Terakhir, Riska Cibel Pembalap Yang Tewas

Kematian pebalap Riska Alvionita (19) di Desa Durenan, Dusun Tugu Bacang, Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek, Sabtu (29/10/2016) lalu, menyisakan duka mendalam bagi teman-teman dan netizen.


Gadis dari Desa Sidorejo, Kecamatan Kauman, Kabupaten Tulungagung, itu membuat akun Facebook sesuai nama bekennya: Riska Cibel.

Mereka mengungkapkan duka citanya melalui akun Facebook Riska, terutama dalam status dan terakhirnya, 28 Oktober 2016 pukul 23.55 atau malam sebelum paginya dia tewas di Trenggalek.

Selain ungkapan duka cita, ada juga netizen yang mengajak agar mengambil hikmah dari peristiwa ini.

Misalnya, akun facebook Manohara Sienden menulis:
Semoga ini menjadi pelajaran buat kita kita.. Hal yg bodoh.konyol tdak menghasilkan ini atau hal yang merugikan diri sendiri ini seharusnya kita harus berfikir 1000 kali untuk melakukanya...
Yg penting sekarang harus tau diri... Bila pelajar ya bagaimana kita berperilaku menjadi pelajar yg baik..
Mempunyai sopan santun dan saling menghormati...dan seharusnya kita berfikir orang tua kita mati matian cari uang untuk kita biar bisa sekolah...
Dan kalau udah gag sekolah ya bagaimana caranya agar masa depan kita mapan... At masa depan yg cerah... Lebih baik kita doakan saja semoga adek ini di ampuni segala dosa dosanya.. Amiinn
Bagaimana sebetulnya kehidupan pribadi Riska Cibel? Tidak penting. Hal penting yang justru diperhatikan adalah gaya dia di ruang publik yang berpotensi membahayakan orang lain.

Sabtu, 18 Juni 2016

Residivis Ponorogo Ditembak Buser Di Trenggalek

Residivis pencurian dengan pemberatan (curat) didor oleh anggota buser Polres Ponorogo di tempat persembunyiannya di Kabupaten Trenggalek. Adalah Hendriyanto (42) warga Kecamatan Purwantoro Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah yang dilumpuhkan dengan timah panas oleh tim buser polres Ponorogo.

Menurut Kanit Buser Polres Ponorogo, IPTU Agus Wibowo, mengatakan pelaku memang sudah menjadi DPO lama. Ini terkait dengan aksinya di beberapa tempat di Kabupaten Ponorogo. Hasil lidik dari Polres, pelaku kembali melancarkan aksinya di Kelurahan Tonatan Kecamatan/Kabupaten Ponorogo, Jumat (17/6/2016) sekitar pukul 21.00 di salah satu tempat pelatihan beladiri.

"Paginya datang mengaku guru, malamnya datang alasannya mendaftarkan anaknya," jelasnya, Sabtu (18/6/2016). Setelah itu, lanjut dia, anaknya disuruh melihat dan memecah konsentrasi orang-orang. Pelaku pun melancarkan aksi dengan mengambil handphone orang tua yang ada di TKP.

"Modusnya memang membawa anaknya untuk memperlancar aksinya. Sekali beraksi, biasanya pelaku berhasil menggasak 3 handphone sekaligus," terangnya. Dan pelaku tidak hanya melancarkan aksinya di Ponorogo. Melainkan juga di Kabupaten Magetan dan Madiun. Menurut Agus, dirinya akan terus mengembangkan kasus ini termasuk melakukan pengejaran penadah hasil curian Hendriyanto.

Sementara, pelaku residivis, Hendriyanto Gunawan, mengatakan dia tidak ada komplotan. Dia hanya mengajak dua anaknya mempelancar aksinya. Dia juga mengaku telah lama melakukan aksi pencurian. Selain Ponorogo, Kabupaten Magetan dan Madiun targetnya. "Totalnya ada tujuh tempat melancarkan aksinya," pungkasnya.
Abdullah Mubarok Via Inilah.com

Harga Ayam di Trenggalek Naik, Daging Sapi Stabil

Harga daging ayam di pasar tradisional Trenggalek, mulai merangkak selama sepekan terakhir. Sebaliknya, harga daging sapi yang sempat naik kini tetap stabil.

Saat ini harga daging ayam di pasar basah Trenggalek naik menjadi Rp 30.000 per kilogram. Sepekan lalu, harganya berselisih Rp 2.000 lebih murah.

Pedagang menduga kenaikan harga ayam yang dipasok dari peternak lokal ini merupakan akibat kenaikan permintaan pembeli di bulan puasa.

"Untuk kenaikan harga ini saya mengikuti harga dari peternak. Mungkin karena bulan puasa ini," kata Ipung, salah satu pedagang.

Ia mengatakan, tidak ada kendala distribusi pasokan ayam dari peternak lokal. Pedagang dapat memperoleh ayam sesuai dengan jumlah yang dipesan.

Ia memperkirakan harga akan naik secara bertahap pada saat mendekati hari raya Idul Fitri 1437 Hijriah.

Akibat kenaikan harga ini, sejumlah lapak pedagang sepi dari pembeli. Kalaupun ada pembeli, jumlah permintaan tidak sebanyak ketika harga masih normal.

"Setelah harga naik ini, saya beli cuma satu kilogram. Biasa saya beli bisa 2 Kkilogram hingga 3 kilogram," kata Suprihatin, salah satu pembeli.

Hal sebaliknya terjadi pada daging sapi super, yang dijual Rp 120.000 per kilogram. Pedagang daging sapi memperkirakan kenaikan harga baru terjadi menjelang Lebaran.

"Biasanya harga ini tidak akan turun sampai tahun depan. Bahkan bisa bertambah naik lagi di tahun depan," kata pedagang daging sapi, Yayuk.